Postingan

Menampilkan postingan dengan label Moonlit Reunion

Ulasan MR...

Cerita ini bergenre romance, makhluk gaib seperti siluman/iblis/hantu, sedikit saja action, dan cukup banyak komedinya. Setelah baca sinopsis pertama kali, sejenak mikir, hah berondong? Wkwk, pada akhirnya tetap tertarik untuk baca karena ini next dramanya Xu Kai dan Tian Xi Wei, dengan anggapan ceritanya pasti menarik. Ternyata selesai baca novel ini, sama sekali tidak terasa ketimpangan usia mereka, yang ada hanya menganggap mereka berdua sangat manis, hhehe. Membaca bab2 awal agak sedikit bosan, barulah setelah bab 10 keatas ceritanya mulai asik, dan humornya mulai dapat. Novel ini menurutku terbilang cerita yang ringan, karena konflik didalamnya menurutku tidak banyak. Kebanyakan hanya cerita santai interaksi antara para pemeran utama yang diwarnai dengan komedi. Tidak diperlukan banyak emosi saat membaca, yah intinya ini novel yang hampir mulus-mulus saja jalan ceritanya. Tentu saja jangan dipertanyakan lagi endingnya seperti apa? Sepertinya paling cocok dibaca setelah membaca gen...

Bab 100

Gambar
“Ah Gong! Ah Gong! Kau kembali!” Mei Zhuyu baru saja menyalakan tiga batang dupa ketika ia mendengar suara melengking seorang gadis kecil memanggil dari halaman. Beberapa saat kemudian, suara langkah kaki tergesa-gesa mendekat. Ia memasukkan dupa ke dalam pembakar dan berbalik untuk melihat seorang gadis kecil bermata bulat melompati ambang pintu, diikuti oleh seekor angsa putih yang goyah. Angsa itu, dengan kakinya yang pendek, tidak dapat melewati ambang pintu. Melihat hal ini, gadis kecil itu berbalik, dengan cekatan menarik leher angsa itu, dan menariknya ke dalam. Dengan senyum berseri-seri, dia berlari ke arah Mei Zhuyu, melompat ke pangkuannya dan dengan manis memanggil "Ah Gong," sebelum berbalik ke altar dupa dan berteriak "Ah Po" (Nenek). Saat melihat gadis kecil itu, ekspresi tegas di wajah Mei Zhuyu sirna, digantikan oleh senyuman hangat dan penuh kasih sayang. Gadis itu adalah putri bungsu dari putra bungsunya, seorang cucu kesayangan, karena dia adalah...

Bab 99

Gambar
Anak Mei Zhuyu dan Wu Zhen diberi nama Mei Ruozhuo, dipilih oleh ayahnya, Mei Zhuyu. Pemberian nama anak ini hampir menyebabkan pertengkaran di antara tiga anggota keluarga Wu. Ayah mertua ingin memberi nama anak itu Mei Yuanfa. Ketika Yang Mulia Permaisuri mendengar hal ini, dia mengejek dan langsung menulis surat untuk menanyakan apakah ayahnya sendiri bodoh dalam melantunkan sutra dan mengapa tidak memanggilnya Mei Banfa saja. Dia kemudian menyatakan niatnya untuk memberi nama anak itu Mei Baoyuan, nama yang kedengarannya menguntungkan dan lengkap. (Mei Banfa yang bunyinya berarti "Tidak mungkin", "tidak ada jalan", "tidak bisa berbuat apa-apa lagi" 😅) Ketika Wu Zhen mendengar saudara perempuannya ingin memberi putranya nama seperti itu, dia menolaknya, dengan kasar mengejeknya karena kedengarannya kuno. Tidak jelas bagaimana saudara perempuannya yang bijak dan gagah berani bisa bersikap begitu santai dalam memberi nama. Sesuai keinginan Wu Zhen, anak ...

Bab 98

Gambar
Perahu kecil itu meluncur ke hamparan air yang lebih luas—sebuah danau kecil yang dikelilingi pepohonan. Danau itu berbentuk seperti bulan purnama, dengan lentera-lentera yang tak terhitung jumlahnya tergantung di dahan-dahan di sekitarnya, menerangi ruang kecil itu. Cahaya yang tersebar di pepohonan menyerupai bintang-bintang di langit, terpantul di permukaan danau yang seperti cermin, menciptakan pemandangan langit yang terbalik. Terbenam dalam lingkungan ini, seseorang merasakan kesatuan antara surga dan bumi, dengan cahaya terang yang meliputi segala sesuatu yang terlihat. Bahkan Mei Zhuyu sempat terpana oleh tontonan ini. Ia menoleh untuk melihat Wu Zhen di sampingnya. Wajahnya dipenuhi rasa puas diri, mata dan alisnya dipenuhi kegembiraan seolah berkata, "Apakah kamu senang dengan apa yang kamu lihat?" Mei Zhuyu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, satu lengan melingkari leher Wu Zhen, menempelkan dahinya ke dagunya, hampir membungkus seluruh tubuhnya dalam pelukan...

Bab 97

Gambar
Begitu dia diangkat, Wu Zhen merasa seperti bakso atau burung, karena tuan muda itu memegangnya dengan begitu mudahnya, seolah dia tidak berbobot, sama sekali tidak memperdulikan perutnya yang buncit. Saat matanya bergerak cepat, Wu Zhen tiba-tiba melihat beberapa wajah yang dikenalnya di antara kerumunan. Di sebelah kirinya adalah kakak perempuannya, Sang Permaisuri; di sebelah kanannya, Selir Mei yang cantik dan anggun; dan di tengah, saudara iparnya, Sang Kaisar, yang memiliki minat yang sama terhadap lagu, tari, dan puisi. Di samping kakak perempuannya berdiri seorang wanita muda yang dihiasi dengan jepit rambut bunga kamelia putih—Putri Yuan Zhen. Di pelukan Selir Mei adalah Pangeran kecil yang gemuk dan lembut. Keluarga ini, yang merupakan keluarga paling mulia di negeri itu, telah keluar seperti keluarga biasa untuk berbaur dengan orang banyak dan menonton pertunjukan jalanan. Wu Zhen melihat para penjaga yang mengelilingi mereka tetapi tidak khawatir. Suasana terbuka dinasti sa...